Senin, 02 Desember 2013

Oleh-oleh Treasury Writers Festival 2013


Belum juga berangkat, sudah dikasih tugas.. ungkap sebagian besar peserta Lukisan, sesaat setelah Kang Olis menyampaikan informasi setelah acara pembukaan Lukisan. Tapi ungkapan itu bukan berarti keluhan. Hanya sekadar bahan candaan. Toh para peserta memang sudah punya basic penulis. Di tambah atmosfer kegiatan yang membuat spirit menulis menggebu-gebu. Ibarat kuda yang lagi termenung, sekali lecut, langsung lari tunggang-langgang.
Ini adalah bukti, betapa kegiatan Treasury Writers Festival 2013 (TWF2013) bisa membuat pesertanya jadi lihai menulis. Setidaknya satu paragraf tidak menghabiskan waktu berbulan-bulan.
***
Tulisan di bawah ini ditulis tidak lebih dari 30 menit. Sebagai ketaatan pada panitia (wew) untuk menuliskan kisah perjalanan Jakarta Bandung.
MISTERI JEMBATAN CIPADA
Brakk! Tiba-tiba bis menabrak pembatas jalan bagian kanan tol. Semua penumpang terbangun sekaligus terkejut. Selang sepersekian detik bagian belakang bis tertabrak dari mobil di belakangnya. Lalu beruntun berkelanjutan dengan mobil-mobil yang di belakangnya lagi.
Astaghfirullah! Kenapa, pak? tanya seorang penumpang dengan jantung yang berdegup. Begitu juga dengan yang lain.
Kulihat jam digital di bagian depan bis menunjukan jam dua puluh satu lebih lima menit. Beberapa penumpang mengerang sambil memegang kepalanya yang terbentur. Sebagian yang lain melihat ke arah luar jendela bis. Sebelum akhirnya semua turun untuk melihat kondisi.
Sudah sampai manakah kita?
Sudah masuk cipularang jawab seorang penumpang.
Pak Ian, sopir bis yang kami tumpangi, terlihat sangat shock, begitu juga yang lain langsung melihat bagian depan kanan bis yang hancur.
Bapak ngantuk? tanya seorang lelaki dari arah belakang. Bukan penumpang bis. Mungkin salah satu pemilik mobil penabrak beruntun di belakangnya.
Nggak, Pak. jawabnya singkat. Seolah ia tak mau diinterogasi terlebih dahulu sebelum hatinya tenang.
Mana Kang Olis, mana? tanya pak Ian. Kita telpon kantor pusat supaya ngirim bis ke pintu tol terdekat... Saya coba telpon Jasa Marga.. usulnya lagi.
Semua penumpang bis, yang merupakan rombongan peserta kegiatan ke Bandung, memanggil-manggil kang Olis -salah satu panitia yang menjadi ketua rombongan. Namun, sekian lama memanggil, kang Olis yang dipanggil-panggil tak terdengar sedikitpun sahutannya.
Coba cek di dalam!
Seorang panitia yang lain dengan sigap masuk kembali ke dalam bis. Mengecek keadaan, dengan harapan tak terjadi apa-apa dengan rekan kerjanya itu.
Gak ada!! tiba-tiba rekannya muncul keluar bis dengan wajah yang pucat pasi.
Hah! Gak ada?? Terus kemana kang Olis???
Demi Allah, saya kaget melihat ada orang menyeberang jalan tol, tadi. Makanya saya banting setir ke kanan untuk menghindari dia... Tapi sekarang orang yang saya lihat tadi, gak tahu kemana?? ujar Pak Ian saat ditanya seorang lelaki yang tadi, melupakan kang Olis yang tiba-tiba menghilang.
Orang menyeberang?? bisik hampir semua penumpang. Terus, kemana orangnya? Gak mungkin di jembatan ini orang menyeberang... salah seorang penumpang memberi komentar.
Apa? Jembatan?? tanyaku dalam hati. Kusapu penglihatanku ke semua sisi yang dapat kulihat di bagian kanan jalan tol. Sebuah info kutemukan tak jauh dari lokasi : KM.112+300.
Tiba-tiba saja bulu kudukku berdiri, merinding. Rasa dingin menembus tulang. Menyelinap diantara pori dan kulit ari. Tengkuk terasa memikul beban, berat. Sembari mengusap leher bagian belakang, kulihat sekeliling tempat tabrakan beruntun.
Jembatan?? Astaghfirullaah!!! Ya, ini jembatan Cipada!!
Bangun, bangun! Nich buah, supaya pada rame lagi.... tiba-tiba mas Subagya memutus imajinasiku sambil membagikan sepaket buah, cemilan dalam bis, perjalanan Jakarta-Bandung.
***
Puisi di bawah ini di tulis kurang dari 5 menit. Sebagai latihan dari clustering (salah satu metode menulis puisi) yang disampaikan oleh Harry Surjadi dalam Writing Clinic TWF2013
Kerinduan yang tak pernah sirna
Tatkala langit bersenandung lirih
Atas sedihnya
Dengan tetesan air hinggap di bumi
Daun yang terpekur syahdu
Dengan bulir-bulir di ujungnya
Membuat kekasih terlukis di awan sana
***
Puisi di bawah inipun di tulis kurang dari 5 menit. Sebagai latihan dari Re-creation (salah satu metode menulis puisi) yang disampaikan oleh Harry Surjadi dalam Writing Clinic TWF2013
Angin mendesah di antara ranting-ranting cemara
Sedang senja itu, hening senyap di mata
Dan cahayanya yang belum tentu kembali
Di pelipis dahan yang tengadah
Di masa malam pemakan cahaya
Bibirmu hadir membawa doa
***
Puisi di bawah inipun di tulis kurang dari 5 menit. Sebagai latihan dari Inner-eye (salah satu metode menulis puisi) yang disampaikan oleh Harry Surjadi dalam Writing Clinic TWF2013
Senyap. Masa terhenti
Saat bulir bening terjatuh
Dan kau menitipkan asa pada celah kaki langit
Hingga ranting tergambar dengan urat-urat di pohon
Bibirmu kuncup bunga
Yang dinanti kumbang sekian lama
Dan tatkala kuncup mekar
Sang kumbang telah purna
***
Semua metode-metode penulisan puisi di atas, akan dilaporkan oleh rekan saya Komang. Silakan rekan Komang!
Catatan :
Penulis tidak bertanggung jawab atas ketidakpahaman/ketidakmengertian maksud ketiga puisi di atas. Karena penulispun sama sekali tidak mengerti (hehe..). Namun yang patut dicamkan adalah apa yang disampaikan oleh Bpk. Harry Surjadi Puisi itu untuk dinikmati, terlepas ada/tidaknya, mengerti/tidaknya pesan yang disampaikan

1 komentar:

Pringadi mengatakan...

melipir pakai bahasa mesin...